Minggu, 03 April 2011

islam dan jurnalisme

Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, periksalah dengan teliti, agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya, yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu.” (QS Al-Hujurat: 6).
Islam, sebagai agama yang sempurna, memberikan petunjuk kepada penganutnya secara lengkap. Tidak ada satu bidang kehidupan pun yang tidak terjangkau oleh ajaran Islam. Termasuk jurnalisme.

Dalam Al-Qur’an surah Al-Hujurat: 6, misalnya, disebutkan peringatan Allah SWT, “Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita,  periksalah dengan teliti, agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya, yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu.”

Allah SWT telah memberikan panduan kepada kaum muslimin dalam menyikapi berita yang disiarkan oleh orang-orang fasik. Jangan percaya begitu saja.

Siapakah orang-orang fasik? Dalam Al-Quran surah Al-Baqarah: 26-27 disebutkan, ”.... Dan tidak ada yang disesatkan Allah kecuali orang-orang yang fasik, (yaitu) orang-orang yang melanggar perintah Allah sesudah perjanjian itu teguh, dan memutuskan apa yang diperintahkan Allah (kepada mereka) untuk menghubungkannya dan membuat kerusakan dimuka bumi. Mereka itulah orang yang rugi.”

Jadi, jelaslah, orang-orang fasik adalah orang-orang yang sesat, melanggar perintah Allah, dan membuat kerusakan di muka bumi.

Pekerjaan orang fasik memang melakukan kerusakan di muka bumi. Dalam segala hal, termasuk melalui media massa. Dengan cara menyebarkan fitnah. Mereka berharap, masyarakat yang mendengar atau membaca fitnah itu akan percaya, dan selanjutnya bersikap atau melakukan tindakan-tindakan yang merugikan si terfitnah.

Terhadap orang fasik yang menyebarkan berita, Islam jelas-jelas mengingatkan, kita tidak boleh langsung menelan mentah-mentah berita itu. Kita harus memeriksanya dengan teliti. Tanpa mengetahui yang sebenarnya, kita bisa terjerumus ke dalam sebuah tindakan yang merugikan pihak yang menjadi obyek berita tersebut. Dan bila itu terjadi, penyesalanlah yang akan kita rasakan.

Tidak hanya itu, kita juga akan dimintai pertanggungjawaban. “Janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak ketahui. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan hati, semuanya itu akan dimintai pertanggungjawabannya.” (QS Al-Isra’: 36).

Baru-baru ini, kita dihebohkan dengan bocornya kawat yang dikirimkan Kedubes AS di Jakarta kepada pemerintah AS di negerinya sana, tentang isu miring SBY, JK, dan lain-lain, sebagaimana ramai diberitakan media massa.

Bahan-bahan yang dikirimkan itu sesungguhnya masih terhitung mentah, belum diolah, sebagaimana resmi diakui oleh pemerintah AS. Oleh karena itu, secara resmi Dubes AS meminta maaf kepada pemerintah dan rakyat Indonesia. Nah, bahan yang masih mentah itu bocor hingga sampai ke Wikileaks. Dan akhirnya The Age, media Australia, tanpa cross check kepada pihak-pihak terkait, main muat saja.

Terkait tulisan yang dipublikasikan The Age, sebagai umt Islam kita mesti benar-benar berpegang kuat pada ayat-ayat Al-Qur’an di atas.

Sebagai sebuah tulisan produk sebuah media, walaupun seperti telah disebut di atas masih terhitung mentah, bagaimanapun, memang ada dua kemungkinan. Pertama, yang ada di The Age itu benar-benar terjadi. Kemungkinan kedua, hanya fitnah.

Untuk yang pertama, toh berbagai pihak telah membantah. Juga menunjukkan ketidaklogisan apa yang ada di The Age, misalnya ihwal posisi Hendarman Supanji saat itu.  

Sedang bila kemungkinan kedua yang terjadi, waspadalah. Jangan sampai kita, umat Islam, terprovokasi fitnah yang kejam, terhadap SBY, misalnya dan khususnya, yang nota bene adalah pemimpin kita, yang juga adalah umat Nabi Muhammad SAW.

Sebelum semuanya menjadi jelas, jangan bersikap atau melakukan tindakan-tindakan yang, sebagaimana diperingatkan dalam surah Al-Hujurat: 6, “menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu.”

Khusus buat AS, mudah-mudahan kata-kata Anda selama ini – yakni antara lain bahwa Anda sangat senang bermitra dengan seorang presiden yang kuat, SBY, yang didukung oleh mayoritas rakyatnya – benar-benar tulus datang dari hati nurani.